Gandeng Investor China, Kementrans Pacu Laju Ekonomi Papua Selatan & Maluku Utara Melalui Komoditas Andalan
INFO Kumurkek– Langkah strategis diambil Kementerian Transmigrasi Kementrans untuk mengakselerasi perekonomian di kawasan transmigrasi. Menteri Transmigrasi, M. Iftitah Sulaiman Suryanagara, didampingi oleh Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo dan Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda, melakukan kunjungan penting ke Kedutaan Besar China di Jakarta. Pertemuan ini bukan sekadar diplomasi formal, melainkan sebuah tindak lanjut konkret dari kunjungan kerja sebelumnya ke China, yang berfokus pada percepatan investasi.

Baca Juga : Dekatkan Program Pemerintah, Wakil Ketua Komisi V Serap Aspirasi Wamena Secara Intensif
Kolaborasi ini dirancang dengan fondasi yang kuat, yakni konektivitas, inklusivitas, dan keberlanjutan, untuk memastikan pembangunan kawasan transmigrasi berjalan menyeluruh dan memberikan manfaat jangka panjang.
Fokus pada Sektor Potensial: Dari Pangan hingga Pendidikan
Pertemuan tersebut menghasilkan sejumlah terobosan inisiatif yang menjanjikan. Beberapa sektor unggulan yang menjadi prioritas meliputi:
-
Ketahanan Pangan: Rencana pengembangan sentra pangan, khususnya padi, di Papua Selatan.
-
Komoditas Perkebunan: Pengolahan dan ekspor kelapa dari Maluku Utara.
-
Sektor Kelautan: Pengembangan potensi perikanan yang kaya di kedua wilayah.
-
Pendidikan Vokasi: Penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pelatihan keterampilan kerja.
Menteri Iftitah menekankan bahwa kerja sama ini akan segera diwujudkan dalam aksi nyata. “Pada November 2025 mendatang, kami akan mengajak para investor China langsung ke jantung potensi Papua Selatan. Mereka akan melihat sendiri peluang pengembangan kawasan sentra pangan yang kita miliki,” ujarnya dalam siaran pers. Langkah ini diharapkan dapat membangun kepercayaan investor dengan menunjukkan kesiapan dan potensi riil di lapangan.
Sinergi Positif: Dukungan Penuh dari Pemerintah China
Duta Besar China untuk Indonesia, Wang Lu Tong, menyambut dengan antusias rencana kolaborasi ini. Menurutnya, hubungan Indonesia dan China sedang berada pada tahap yang lebih strategis dan produktif.
Maluku Utara: Rajanya Kelapa Menjawab Pasar Raksasa China
Selain Papua Selatan, Maluku Utara juga menjadi fokus utama, dengan komoditas andalan berupa kelapa. Menteri Iftitah membeberkan peluang ekspor yang sangat menjanjikan. “Konsumsi kelapa di China luar biasa besarnya, mencapai lebih dari 4 miliar butir per tahun. Sementara, produksi domestik mereka baru mampu memenuhi sekitar 1 miliar butir. Di sinilah kesempatan emas kita untuk masuk dan memenuhi permintaan yang sangat tinggi tersebut,” paparnya.
Tidak Hanya Infrastruktur, SDM Jadi Prioritas
Yang membedakan kolaborasi ini adalah penekanannya yang kuat pada penguatan Sumber Daya Manusia (SDM). Pemerintah China tidak hanya berinvestasi pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada pembangunan kapasitas masyarakat.
Buktinya, sebuah Lembaga Pendidikan Kerja (LPK) telah dibangun oleh pihak China di Sofifi, Maluku Utara. Keberadaan LPK ini bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja terampil yang siap mengisi lapangan kerja yang tercipta dari investasi ini. Menteri Iftitah berharap model pendidikan vokasi yang sukses ini dapat direplikasi di Papua Selatan, sehingga pertumbuhan ekonomi benar-benar inklusif dan dinikmati oleh masyarakat lokal.
Mengakselerasi Perekonomian Dengan langkah strategis ini, Kementrans tidak hanya membuka keran investasi asing, tetapi juga membangun pondasi yang kokoh untuk kemandirian ekonomi kawasan transmigrasi, membawa kesejahteraan yang berkelanjutan bagi masyarakat di Papua Selatan dan Maluku Utara.
Komitmen Jangka Panjang untuk Kemandirian Ekonomi
Lebih lanjut, Kementrans menjelaskan bahwa pendekatan ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang. “Kami tidak hanya membangun proyek, melainkan kami membangun kemitraan yang saling menguntungkan,” tegas Menteri Iftitah. Oleh karena itu, semua rencana investasi harus selaras dengan pemberdayaan masyarakat setempat.
Sebagai langkah awal, tim teknis dari kedua negara akan segera melakukan koordinasi. Selanjutnya, mereka akan menyusun peta jalan (roadmap) investasi yang detail untuk setiap sektor. Misalnya, di sektor perikanan, investor tidak hanya akan membangun pabrik pengolahan, tetapi juga akan melatih para nelayan lokal tentang teknik penangkapan dan penyimpanan yang berkelanjutan.
Di sisi lain, Pemerintah Daerah menyambut baik kolaborasi ini
Gubernur Papua Selatan, Apolo Safanpo, menyatakan kesiapannya. “Kami sudah menyiapkan lahan dan identifikasi potensi di beberapa distrik. Sekarang, kami tinggal menunggu kedatangan investor untuk langsung terjun ke lapangan,” ujarnya dengan penuh keyakinan. Secara paralel, Pemerintah Maluku Utara melalui Gubernur Sherly Tjoanda juga memperkuat infrastruktur pendukung, seperti jalan akses ke perkebunan kelapa, untuk memastikan kelancaran distribusi.
Dengan kata lain, sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan investor asing ini menciptakan sebuah ekosistem yang kondusif. Alhasil, masyarakat di kawasan transmigrasi tidak hanya menjadi penonton, melainkan mereka akan menjadi pelaku utama yang merasakan langsung dampak ekonomi dari kerja sama ini. Pada akhirnya, tujuan besarnya adalah menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang mandiri dan berkelanjutan, yang mampu bersaing di pasar global.



