Akhir Riwayat Kelam Lamek Alipky: Mengungkap Jejak 5 Tahun Teror Panglima OPM di Papua Pegunungan
INFO Kumurkek- Sebuah babak kelam dalam keamanan dan ketertiban di wilayah Pegunungan Bintang akhirnya menemui titik terang. Lamek Alipky Taplo, seorang bos atau Panglima Organisasi Papua Merdeka OPM yang paling dicari, tewas dalam operasi penembakan yang dilakukan oleh prajurit TNI. Kematiannya bukan sekadar buntut dari baku tembak, melainkan penutup dari sebuah catatan panjang aksi kekerasan yang telah menebar teror, menghambat pembangunan, dan merenggut nyawa warga tak bersalah selama lima tahun terakhir.

Baca Juga : Penghormatan Terakhir Negara Untuk Prajurit Gugur Mimpi Lettu Fauzy Dijanjikan Ditepati
Lamek Alipky, yang menjabat sebagai Panglima Kodap XV Ngalum Kupel, digambarkan oleh pihak berwenang sebagai salah satu pimpinan OPM paling aktif dan radikal di wilayah tersebut. Kiprahnya yang penuh kekerasan telah meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat dan pembangunan di tanah Papua.
Wajah Radikal dan Jejak Kekerasan yang Terstruktur
Melalui keterangan resmi dari Asintelter Koops Swasembada Papua, Letkol Inf Renaldy H., terkuaklah sederet aksi kriminal yang didalangi Lamek dan kelompoknya. Rentetan kejahatan ini bukanlah insiden spontan, melainkan aksi terstruktur yang menargetkan simbol-simbol negara, fasilitas publik, dan kemanusiaan.
“Lamek Alipky adalah otak di balik berbagai serangan yang sangat meresahkan. Kelompoknya secara sistematis menyerang aparat, mengganggu proyek pembangunan, dan membakar fasilitas-fasilitas vital yang seharusnya menjadi nadi kehidupan masyarakat,” ujar Letkol Renaldy.
Kronologi Kekejaman: Dari Pembakaran Hingga Pembunuhan
Berikut adalah rangkuman detail aksi-aksi yang mencoreng wajah kemanusiaan selama lima tahun kepemimpinan Lamek Alipky:
-
Awal Teror (2 Maret 2020): Kelompok Lamek menyerang pekerja proyek Jalan Trans Papua. Aksi ini bukan hanya mengancam jiwa para pekerja, tetapi juga upaya nyata untuk memutus akses dan isolasi wilayah Pegunungan Bintang dari pembangunan.
-
Peningkatan Intensitas (28 Mei 2021): Mereka berani merampas senjata api dari Pos Polisi (Pospol) Subsektor Oksamol. Aksi ini menunjukkan peningkatan kapasitas persenjataan dan level ancaman yang mereka bawakan.
-
Tragedi Kemanusiaan (13 September 2021): Hari kelam bagi dunia kesehatan di Papua. Kelompok ini melancarkan serangan multi-pronged: menyerang Satgas Pamtas 403/WP, membakar Puskesmas Kiwirok, dan yang paling memilukan, melakukan pembunuhan terhadap tenaga kesehatan. Aksi ini mencabik-cabik nilai kemanusiaan dan merampas hak warga untuk mendapat layanan kesehatan.
-
Ancaman di Udara Pesawat Smart Aviation menjadi sasaran tembakan. Serangan ini memperlihatkan pola ancaman yang tidak lagi terbatas di darat, tetapi juga terhadap transportasi udara yang merupakan urat nadi logistik dan mobilitas di Papua.
-
Penghancuran Masa Depan (Desember 2021): Sekolah-sekolah dan fasilitas umum di Kiwirok dan Serambakon dibakar. Tindakan ini merupakan serangan terhadap masa depan anak-anak Papua, merampas tempat mereka menuntut ilmu dan mengakses layanan dasar.
-
Teror Berkelanjutan (2022-2025): Selama tiga tahun ini, kelompok Lamek terus aktif menyerang aparat TNI-Polri di berbagai titik, menciptakan situasi yang terus-menerus mencekam dan tidak stabil.
-
Pelanggaran Batas (Oktober 2025): Mereka melakukan penembakan terhadap helikopter yang membawa bantuan kemanusiaan. Aksi ini dinilai telah melampaui batas, karena menargetkan bantuan untuk masyarakat yang justru mereka klaim perjuangkan.
-
Puncak Penghancuran (Oktober 2025): Dalam rentang waktu yang sama, mereka kembali membakar sekolah, gereja, dan Puskesmas di Distrik Kiwirok. Pembakaran gereja khususnya, menambah dimensi baru dalam kekerasan yang mereka lakukan.
Dampak yang Ditinggalkan: Nyawa Melayang dan Pembangunan Terkubur
Letkol Renaldy menyebutkan, rentetan aksi sadis tersebut telah menelan korban jiwa yang tidak sedikit. “Tercatat 6 nyawa melayang dan 8 lainnya luka-luka berat akibat kekerasan kelompok ini,” tegasnya.
Kerugian materiil juga sangat besar. Sebanyak 7 bangunan fasilitas umum hancur dilalap api, disusul dengan 6 unit alat berat yang dibakar. Aksi-aksi ini bukan hanya merusak properti, tetapi secara sengaja menghambat pelayanan publik dan memundurkan pembangunan di wilayah Kiwirok selama bertahun-tahun.
Akhir Sang Panglima di Medan Operasi
Operasi penegakan hukum yang dilakukan oleh personel Komando Operasi Swasembada Papua akhirnya mengakhiri riwayat Lamek Alipky. Dalam sebuah serangan yang dilancarkan di markasnya di Distrik Kiwirok, Pegunungan Bintang, Lamek tewas bersama tiga anggota OPM lainnya.
“Komando Operasi Swasembada Papua memastikan bahwa Panglima Kodap XV Ngalum Kupel, Lamek Alipky Taplo, tewas bersama 3 OPM lainnya. Mereka tewas dalam operasi penyerangan yang dilaksanakan oleh personel TNI,” kata Letkol Renaldy mengonfirmasi.
Titik Terang Sebagai bukti, aparat juga merilis foto-foto Lamek Alipky. Dalam salah satu foto, ia terlihat dengan penuh percaya diri mengenakan seragam loreng, baret merah, dan selendang bermotif Bintang Kejora. Sebuah bendera dengan motif yang sama terpampang di sampingnya, mempertegas identitas kelompoknya. Foto lain yang tak kanyak mencolok menunjukkan Lamek dalam kaos hitam, memegang benda yang menyerupai granat dan drone, menggambarkan kemampuan teknis dan persenjataan yang dimilikinya.
Dengan tewasnya Lamek Alipky, diharapkan tercipta ketenangan dan ruang bagi pemulihan di Kiwirok. “Setelah operasi tersebut dilaksanakan, situasi di Distrik Kiwirok berangsur kondusif,” pungkas Renaldy, memberikan secercah harapan bagi masyarakat yang telah lama hidup dalam bayang-bayang ketakutan.








