, ,

Tragedi di Halaman Suci: Sopir Tewas Ditikam dalam Malam Mencekam oleh KKB di Yahukimo

INFO Kumurkek- Kedamaian malam di Distrik Dekai, Yahukimo, Papua Pegunungan, pecah oleh teriakan dan bau anyir darah. Sebuah peristiwa brutal mengubah halaman Gereja GIDI Siloam, yang seharusnya menjadi tempat perlindungan dan kedamaian, menjadi lokasi pembantaian. Bahar bin Saleh (55), seorang sopir taksi pikap berhati lembut asal Makassar, Sulawesi Selatan, harus meregang nyawa setelah diserang dan ditikam secara keji oleh sekelompok orang yang diduga Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Kedamaian Malam Dekai Pecah Oleh Teriakan Dan Bau Anyir Darah
Kedamaian Malam Dekai Pecah Oleh Teriakan Dan Bau Anyir Darah

Baca Juga : Pertemuan Intensif Komisi B Dengan Disnakerindag Dan BPKAD.

Insiden mencekam ini terjadi pada Senin malam, sekitar pukul 20.05 WIT, tepat di depan mata kepala suku setempat yang berusaha—namun gagal—menghentikan amuk para pelaku.

Malam yang Berubah Menjadi Laga Buru

Bahar, yang dikenal sebagai sosok pekerja keras, baru saja mengemudikan pikapnya memasuki halaman gereja di Jalan Poros Logpon Kilometer 4. Saat itu, ia tengah membantu persiapan untuk peresmian Gereja GIDI Siloam yang rencananya akan digelar esok harinya. Udara malam yang tenang tiba-tiba disambar oleh langkah-langkah cepat dan niat jahat.

Menurut penuturan Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Faizal Ramadhani, korban sama sekali tidak menyadari bahaya yang mengintai. “Korban tiba-tiba diserang dari arah jalan masuk. Dia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk melawan atau bersiap,” ujar Faizal, menggambarkan betapa spontannya serangan itu terjadi.

Dengan sisa tenaga dan naluri bertahan hidup yang kuat, Bahar berusaha menyelamatkan diri. Dia berlari sekuat tenaga menuju bangunan gereja, berharap tembok suci itu dapat memberinya perlindungan. Namun, para pelaku bagai hantu yang tak kenal ampun. Mereka mengejar tanpa henti, mengubah halaman gereja menjadi arena perburuan yang mengerikan.

“Sang pelaku tetap mengejar dan melakukan penikaman berulang kali hingga korban tersungkur tak berdaya,” tutur Faizal dengan nada prihatin. Adegan kekerasan itu terjadi hanya dalam hitungan menit, namun meninggalkan luka yang mendalam bagi semua yang menyaksikan.

Teriakan Sang Kepala Suku yang Tak Diindahkan

Yang membuat tragedi ini semakin memilukan adalah upaya heroik, meski sia-sia, dari seorang kepala suku setempat yang berada di lokasi. Menyaksikan aksi biadab itu, sang kepala suku berteriak sekuat tenaga, mencoba menggunakan wibawa dan statusnya untuk menghentikan pertumpahan darah.

“Dia berteriak, ‘Jangan, saya kepala suku!’,” jelas Faizal Ramadhani. Namun, teriakan yang seharusnya penuh kuasa itu seperti angin lalu bagi para pelaku. Mereka sama sekali tidak mengindahkan, dan terus melanjutkan serangan mematikan mereka, bahkan di area rumah ibadah yang seharusnya dihormati oleh semua pihak.

Fakta ini semakin mengukuhkan sifat brutal dan tak kenal belas kasihan dari para pelaku. Mereka tidak hanya mengabaikan hukum positif, tetapi juga melanggar norma adat dan kesucian tempat ibadah.

Korban Tewas dengan Luka Mengenaskan, Kendaraan Dibakar

Kedamaian Tim gabungan Satgas Operasi Damai Cartenz dan Polres Yahukimo segera bergerak cepat setelah mendapat laporan. Saat tiba di lokasi, pemandangan mengerikan sudah menyambut mereka. Bahar bin Saleh terbaring tak bernyawa dengan luka tusuk yang parah di bagian-bagian vital tubuhnya.

Korban sempat dievakuasi ke RSUD Dekai untuk mendapatkan pertolongan medis, namun nyawanya sudah tidak dapat diselamatkan. “Korban dinyatakan meninggal dunia akibat luka tusuk parah di bagian perut, dada, dan kepala,” jelas Faizal.

Tak hanya merenggut nyawa, para pelaku juga melakukan aksi pembakaran terhadap pikap milik korban, seolah ingin menghapus semua jejak dan menambah suasana teror. Pikap yang semula adalah alat mencari nafkah Bahar, hangus menjadi kerangka besi.

KKB Didalangi Pelaku, Aktivitas Gereja Terpaksa Ditunda

Hasil penyelidikan sementara polisi mengarah pada keterlibatan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Wakil Kepala Operasi Damai Cartenz, Kombes Adarma, menyatakan bahwa pelaku diduga merupakan bagian dari KKB yang mengaku sebagai Kodap XVI Yahukimo.

“Kelompok ini selama ini aktif melakukan aksinya di wilayah Jalan Poros Logpon KM 4,” tegas Adarma. “Insiden ini menjadi bukti nyata kekejaman kelompok KKB, yang terus menebar aksi kejahatan bersenjata tanpa pandang bulu, termasuk di fasilitas kesehatan, pendidikan, dan tempat ibadah.”

Tragedi ini memaksa jemaat gereja dan panitia untuk menunda peresmian Gereja GIDI Siloam, sebuah acara yang seharusnya penuk sukacita. Kini, gereja tersebut justru menjadi saksi bisu sebuah kejahatan kemanusiaan yang meninggalkan duka mendalam bagi keluarga Bahar, warga sipil, dan seluruh masyarakat yang mendambakan perdamaian di Bumi Cenderawasih.

Pengejaran terhadap para pelaku masih terus dilakukan secara intensif oleh aparat keamanan. Masyarakat berharap, para pelaku yang telah mengotori tempat suci dengan darah ini segera diadili dan dihukum setimpal, sambil berdoa agar tragedi mengerikan seperti ini tidak terulang lagi di masa depan.

Tidak Ada Postingan Lagi.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.